Senin, 23 Desember 2013

Di dalam ballroom, para tamu menyapa Presdir Kim dengan hormat, membuat Nyonya Jung berkata kalau Presdir Kim harus selalu sehat karena masih banyak yang menghormatinya. Presdir Kim menjawab kalau hal itu tak ada gunanya karena kedua anaknya tak mau berada di sisinya.
Nyonya Jung mengungkit masalah Nyonya Han yang pergi dari rumah dan menyindir, “Apa dia pikir hubungan kalian berdua adalah hubungan yang panas membara?” Seakan membela ibu Tan, Presdir Jung menjawab, “Itulah masalahnya. Memang akan lebih baik jika dia tutup mulut dan tetap tinggal karena uang.”

Merasa tersindir, Nyonya Jung pun diam. Saudara dan keponakan Presdir Kim muncul dan menyapa mereka. Terkesan basa-basi dan palsu, itulah isi percakapan mereka.
Dan muncul gadis yang bertemu dengan Won di kencan sebelumnya bersama ayahnya, Presdir Jang. Saat kedua pria itu bersalaman dengan ramah, Nyonya Jung memperhatikan gadis itu dengan tertarik. Ia sepertinya sudah suka dengan pilihannya dan menyetujui jika gadis itu yang akan menjadi istri Won.
Note : kita sebut saja gadis itu dengan Nona Jang, oke?
Myung Soo, si fotografer, kali ini jepret sana-sini, tapi bukan untuk memotret orang-orang di pesta Tan, tapi memotret dirinya sendiri. Haha.. dasar narsis. Tapi ia langsung diam tak bergerak saat melihat Presdir Kim memandanginya tajam. 
Hyo Sin heran melihat Myung Soo tak meneruskan kenarsisannya. Dengan gugup, Myung Soo berbisik,

“Aku baru saja memperlihatkan pose imutku pada Ayah Tan. Dan mata kami saling bertatapan.”
Hyo Sin menoleh ke belakang dan melihat Presdir Kim masih memandangi mereka. Ia pun merasa gugup. 
Ha. Hanya tatapan mata saja membuat Myung Soo mati gaya. Padahal mungkin saja Presdir Kim baru sekali ini melihat orang mengambil selca.
Kegugupan itu putus saat Bo Na berteriak, “Oh my God! Oppa?” dan langsung berlari menghambur seorang pria dan lansung bermanja-manja dengan pria itu. Chan Young mengerutkan kening, jelas tak suka, apalagi saat Bo Na membawa pria itu ke hadapannya.
“Lee Bo Na! Aku sudah tahu kalau kau pasti akan melakukan hal ini,” tuduh Chan Young kesal. “Bukankah dulu sudah kukatakan aku akan memotong kakimu jika kau melakukan hal ini?” Bo Na malah tersenyum gembira mendengar ancaman Chan Young dan berkata kakinya adalah milik Chan Young.
Chan Young semakin kesal dan bertanya bagaimana mungkin Bo Na bisa berkata seperti itu dengan tangan menggandeng pria lain? “Lepaskan tanganmu sekarang juga!” Pria itu berkata kalau ia tak suka Chan Young membentak adiknya seperti itu. Mendengar kata adik, Chan Young melongo kaget.
Sambil menahan tawa, Bo Na memperkenalkan, “Ini adalah kakakku. Selama ini ia sekolah di New York. Dan kau sekarang dalam masalah.” LOL.
Chan Young langsung jaim dan menunduk hormat pada kakak Bo Na. Tapi kakak Bo Na tak ingin melepaskan Chan Young begitu saja, “Setelah kita saling mengenal, mari kita bicara, apa yang hendak kau lakukan tadi pada kaki adikku?”
Bwahahaha.. Bo Na, Myung Soo dan Hyo Sin meninggalkan mereka berdua sambil tertawa geli. Akhirnya Chan Young kena batunya juga.
Won datang dan melihat gadis yang kemarin ditemuinya di kencan butanya sedang bercakap-cakap dengan Nyonya Jung. Saat mereka berdua, Won berkata kalau Nona Jang tak membawa pacarnya kemari. Nona Jang menjawab kalau ia tak membawa pacarnya ke pesta seperti ini karena pacarnya terlalu miskin. Tapi sebagai gantinya ia membawa ayahnya yang kaya.
Nona Jang menebak kalau Won juga pasti punya pacar juga, “Bukankah kita adalah pasangan yang serasi? Ayahku ingin agar kita menikah.” Won berkata kalau mereka bukan pasangan yang serasi, tapi nona Jang mengatakan itu tak masalah baginya.
Tan datang bersama Eun Sang, membuat para wartawan langsung mengerumuni mereka, penasaran pada gadis yang dibawa Tan. Kilatan kamera menyerbu mereka, membuat Eun Sang sedikit gugup. Tan bertanya apakah Eun Sang takut? Eun Sang menjawab, “Sedikit.”
“Sebuah kehormatan dengan adanya kau di sisiku, Cha Eun Sang,” kata Tan. Eun Sang tersenyum dan sambil bergandengan tangan, mereka berjalan, sekarang tak mempedulikan kamera yang mengarah pada mereka.
Tentu saja kedatangan mereka berdua membuat semua mata memandang ke arah mereka. Wajah  Presdir Kim dan Nyonya Jung langsung mengeras melihat Tan datang bersama Eun Sang.
Tak hanya mereka berdua, semuanya pun juga kaget melihat kedatangan mereka berdua. Myung Soo langsung memfoto mereka berkali-kali dan Chan Young memandangi Eun Sang, membuat Bo Na memukul lengannya, cemburu.
Tan berhenti di depan ayahnya dan menyapanya, berterima kasih karena telah menyelenggarakan pesta ulang tahun yang meriah untuknya. Saking shocknya, Presdir Kim hanya diam memandangi tangan anaknya yang menggenggam tangan Eun Sang, Nyonya Jung berbisik pada suaminya kalau para wartawan masih mengawasi mereka.
Tan menyapa paman dan sepupunya yang langsung menanyai, siapa gadis di samping Tan. Tanpa ragu, Tan menjawab kalau gadis itu adalah pacarnya. Ia bahkan mengenalkan Cha Eun Sang pada mereka. Cha Eun Sang memberi salam, membuat wajah Presdir Kim semakin mengeras.
Pada wartawan di luar berteriak, meminta Presdir Kim memberikan pernyataan, walau hanya sedikit. Won menunggu apa yang akan dikatakan ayahnya, begitu pula Tan. Tapi dari senyum yang muncul di bibirnya, nampak ia merasa kalau ia sudah berhasil kali ini.
Sambil tersenyum, Presdir Kim berkata kalau para wartawan itu sudah cukup mendapatkan banyak foto dan mempersilahkan mereka pergi sekarang. Pintu pun ditutup.
Di dalam kamar, Presdir Kim marah karena kelakukan Tan. Begitu banyak mata melihat mereka dan Tan benar-benar gila dengan datang seperti itu. Ia menunjuk pada tangan Tan yang menggenggam tangan Eun Sang.
Tapi Tan berkata kalau ia ingin menunjukkan Eun Sang pada seluruh dunia, “Aku tak lagi takut akan kecaman dunia ini atau kecaman Ayah.”
“Seberapa pentingnya perasaanmu itu? Aku ingin memberikan dunia yang lebih besar padamu. Dan aku sudah meletakkannya di atas piring perak,” sergah Presdir Kim marah.
Tapi Tan tak tertarik karena Eun Sang jauh lebih menarik dari dunia yang ditawarkan Presdir Kim, “Jadi, kumohon berikanlah restu pada kami, Yah.”
Presdir Kim menghela nafas keras, tak percaya mendengar kata-kata Tan. Ia terdiam lama dan mengatur nafasnya. Akhirnya  ia berkata, “Baiklah. Kalau kau memang sangat mencintainya, teruskan dan pacaranlah dengannya.”
Tan dan Eun Sang terkejut mendengar ucapan Presdir Kim yang tiba-tiba berubah. Tan bertanya apakah ayahnya serius? Tapi Presdir Kim berkata kalau ia bukannya memberikan restu, karena ia yakin kalau nanti Tan akan menyesali keputusannya. Dan pada Eun Sang, ia berkata kalau suatu hari Eun Sang akan menyesali telah menggoyahkan hati anaknya.
Presdir Kim berdiri dan berkata, “Ibumu ada di ruang 3409. Jangan berpikir kalau aku telah kalah darimu. Aku hanya melepaskanmu kali ini.”
Presdir Kim pun pergi, meninggalkan mereka. Eun Sang bingung mendengar ucapan Presdir Kim. Ucapan Presdir Kim tadi itu, apakah sebuah tanda kalau setuju atau malah sebuah ancaman? Tan menjawab sekaligus bertanya, “Sebuah persetujuan yang sewaktu-waktu dapat menjadi ancaman?”
Melihat keraguan di wajah Eun Sang, Tan meminta gadis itu untuk mencoba memahami ucapan ayahnya, karena ucapan itu muncul sebagai bentuk menjaga harga dirinya. Eun Sang mengangguk dan bertanya ragi, “Kalau begitu, kita..” Tanpa menunggu Eun Sang meyelesaikan kalimatnya, Tan membenarikan, “Benar. Kita telah berhasil melewati satu pintu.”
Eun Sang tersenyum lega dan suaranya penuh haru saat berkata, “Selamat ulang tahun, Kim Tan.”
Tan menarik Eun Sang dan memeluknya. Sama-sama merasakan kelegaan karena berhasil melalui sebuah rintangan. Tan mengajak Eun Sang untuk merayakan ulang tahun yang sebenarnya. “Di lantai 34. Ibuku kabur meninggalkan rumah. Tapi ia tetap terkunci di dalam. Ia bahkan tak dapat menghadiri pesta ulang tahun anaknya. Mari kita pergi.”
Nyonya Han benar-benar kaget saat melihat Tan muncul dengan membawa kue ulang tahun lengkap dengan lilin yang menyala. Lebih kaget lagi saat melihat Eun Sang ada di samping Tan. Ia langsung menembakkan banyak pertanyaan, “Kau ada di Seoul? Kenapa ibumu tak pernah meneleponku sekalipun? Dan bajumu..,” ia menatap baju pesta Eun Sang dan menoleh khawatir ke anaknya, “Kau membawanya ke pesta?”
Tan tak mau menjawab dan malah meminta ibunya untuk mengucapkan selamat ulang tahun untuknya karena lilinnya sudah hampir mati. Nyonya Han langsung sadar dan mempersilakan masuk dengan senyum paling lebar yang pernah terlihat.
Nyonya Han memberi selamat ulang tahun pada Tan dan berterima kasih telah lahir sebagai putranya. Tapi Tan yang berterima kasih pada ibunya. Dan tanpa ba bi bu, ia langsung meniup lilinnya, membuat ibunya kesal, “Kau seharusnya mengucapkan permintaanmu dulu. Kita bahkan belum menyanyi untukmu.”

“Aku sudah menyebutkan harapanku. Dan itu rahasia,” jawab Tan, membuat ibunya merengut kesal. Tapi Tan punya hadiah istimewa untuk ibunya. Ia meminta ibunya memejamkan mata. Eun Sang tersenyum saat Nyonya Han berbisik dan bertanya apa yang sedang Tan lakukan? Eun Sang menjawab, “Ia mengambil sesuatu yang berkilau dan indah.”
Nyonya Han memandangi kalung kunci yang penuh berlian, yang sekarang tergantung di lehernya. Ia yang memilih untuk melepas semua perhiasan saat angkat kaki dari rumah Presdir Kim, sekarang memakai kalung yang indah, seakan menunjukkan penghargaan Tan pada ibunya.
Tan berlutut dan berkata, “Terima kasih telah melahirkanku, Bu. Kuharap ibu sekarang bahagia karena sudah bisa hidup sebagai ibuku.” Mata Nyonya Han berkaca-kaca saat berkata kalau dari dulu hinga sekarang pun ia merasa bahagia.
Nyonya Han heran melihat kedua anak itu bisa keluar dari pesta dengan selamat. Tan berkata kalau ayah sudah melepaskan mereka, “Ayah juga sudah melepaskan cengkeramannya dari ibu. Ayah sudah tahu kalau ibu tinggal di hotel ini.”
Nyonya Han terbelalak, panik mendengar hal itu. Sepertinya ia tak percaya kalau Presdir Kim melepaskannya begitu saja. Ia langsung bertanya pada Eun Sang, sekarang Ibu Eun Sang tinggal di mana?
Dan yang terjadi berikutnya adalah Nyonya Han terburu-buru keluar dari mobil yang membawanya ke kota tempat tinggal ibu Eun Sang. Ibu Eun Sang yang sedari tadi mondar-mandir tak sabar menunggu, juga melambaikan kedua tangannya, saat melihat Nyonya Han berlari menghampirinya. Mereka pun berpelukan.
Nyonya Han memarahi Ibu Eun Sang, “Kenapa kau tak pernah memberi kabar padaku? Kau jahat sekali. Aku tahu aku ini kejam padamu. Tapi ada yang namanya hubungan benci tapi rindu!” 
Ibu Eun Sang malah tersenyum lebar dimarahi seperti itu. Dengan bahasa isyarat ia berkata kalau ia tak pernah membenci Nyonya Han, ia bahkan meninggalkan surat. Eun Sang langsung menterjemahkan, dan Nyonya Han langsung menjawab, “Aku tahu. Tapi surat itu hanya 3 baris saja. Dan 3 bari itu yang membuatku sangat marah.”
Nyonya Han melihat kalau sekarang ibu Eun Sang menjadi lebih kurus, “Jadi yang paling enak adalah bersamaku. Iya, kan?” Ibu Eun Sang mengangguk, masih tersenyum lebar. Nyonya Han mengajak Ibu Eun Sang untuk segera kembali ke rumah karena ia merasa kedinginan.
Ibu Eun Sang pun membawa Nyonya Han pergi dan Nyonya Han menggandeng Ibu Eun Sang seperti mereka adalah teman lama. Eun Sang tersenyum melihat kedekatan mereka berdua dan menelepon Tan untuk memberitahu kalau ia sudah sampai. Ia juga memberitahu kalau kedua ibu mereka saling berpelukan,

“Dan dimana pacarku ini sekarang?”
Tan geli mendengar dengan cara Eun Sang bertanya dan menjawab kalau ia sedang menuju ke kaar Young Do. Ada yang ingin ia bicarakan. Ia akan menemui Eun Sang dan kedua ibu mereka besok.
Tan dan Young Do duduk berhadapan, sama-sama diam. Tan ingin bicara tentang ibunya tapi Young Do yang tahu akan ke arah mana percakapan mereka, tak mau membicarakan itu, “Jangan berterima kasih atau minta maaf karenanya.”
Tapi Tan tetap mengucapkan terima kasih dan minta maaf, membuat Young Do mengeluh, “Kalau kau seperti itu, aku harus berkata apa?” Tan menjawab kalau Young Do tak harus berkata apapun karena ia hanya mengucapkan apa yang ia rasakan. Ia pun beranjak pergi.
Young Do menghentikannya, “Tentang ibuku.. bukan kesalahanmu kalau aku kehilangannya. Ia hanya pergi lebih dulu. Tapi aku membutuhkanmu untuk melampiaskan kemarahanku.” Tan pun juga sudah tahu itu.
Tapi sepertinya ucapan Tan itu tetap tak membuat hatinya merasa lega. Perasaan menyesal, kecewa dan sedih berkecamuk di dalam hatinya. Di studio, Young Do melihat foto-foto Tan dan Eun Sang. Myung Soo yang baru datang mencoba menghentikannya, tapi terlambat, Young Do berkata kalau ia sudah melihat semuanya.
Myung Soo pun separuh menyalahkan Young Do yang tak percaya pada kata-katanya dulu, “Cinta pertama itu tak pernah berhasil. Harusnya kau mendengarkan aku sebelum kau benar-benar ditolak.”
Young Do berkata dengan percaya diri kalau ia bukannya ditolak, tapi Myung Soo tahu perasaan Young Do yang sebenarnya. Karena itu ia sudah mempersiapkan sebuah pengumuman, larangan masuk bagi Tan, Eun Sang dan anjing.
Young Do menyuruh Myung Soo untuk mengeluarkan gambar yang nampak kasihan itu. Maksudnya sih menunjuk pada gambar anjing, “Dia tak bersalah.” Maka Myung Soo pun menambahkan satu garis ke kata anjing, dan berkata kalau ia sudah mengeluarkan ‘yang nampak kasihan itu’, yang maksudnya adalah Eun Sang.
Young Do menampar kaki Myung Soo dan berkata, “Aku akan membunuhmu,” walau senyum muncul di wajahnya. Myung Soo nyengir melihat usahanya untuk membuat Young Do tersenyum, berhasil. Aww…
Young Do bertekad untuk bisa mengalahkan ayahnya dalam judo. Ia terus berlatih dan berlatih. Tapi pelatihnya berkata kalau tak mungkin Young Do bisa mengalahkan ayahnya. Mendapat tanggapan itu, Young Do hanya berkata, “Kalau begitu aku harus berlatih lebih keras lagi.”
Ibu Eun Sang dan Nyonya Han minum-minum hingga sedikit mabuk. Ibu Eun Sang menulis kalau tak seharusnya Nyonya Han tak kabur dari rumah karena Nyonya Han sudah tak muda lagi dan tak punya keahlian, “Harusnya Nyonya tahu lebih baik mengenai ini!!”
Dalam mabuknya, Nyonya Han langsung menunjuk pada dua tanda seru, berkata kalau ia tak menyukai hal itu. Tapi sebenarnya ia pun juga tak menyangka hidupnya akan menjadi seperti ini, “Tinggal di rumah wanita lain, memakai tas wanita lain, bersama suami wanita lain. Aku sedang dihukum karena melakukan hal itu. Dan sekarang aku tak bisa menjadi istri ataupun ibu dari anakku.”
Ibu Eun Sang menatap Nyonya Han dengan iba. Nyonya Han tiba-tiba berkata kalau ia ingin pergi ke toilet. Tapi Ibu Eun Sang sangat mengenal Nyonya Han dengan baik. Ia tahu kalau Nyonya Han tak pergi ke toilet.
Ia pun pergi keluar, menemui Nyonya Han yang menangis tersedu-sedu di tengah riuhnya deburan ombak, menyesali semua yang terjadi. Ia  hanya duduk di samping Nyonya Han, membiarkan Nyonya Han menumpahkan semua perasaannya.
Tan baru saja menelepon Eun Sang untuk datang menemuinya. Tapi Eun Sang sudah muncul di depannya, membuat ia kaget. Eun Sang berkata kalau ia datang kemari bukan untuk menemuinya, ia akan bertemu dengan pria lain.
Tan langsung marah dan cemburu, bertanya siapa pria itu? Dan muncullah Won yang datang dengan muka polos. Ha. Eun Sang hanya mengangkat bahu.
Ternyata pertemuan itu untuk membujuk Eun Sang agar mau pindah ke apartemen yang sudah Tan siapkan. Eun Sang tak mau. Ia sudah membicarakan hal ini dengan ibunya dan memutuskan kalau ia akan pindah ke apartemen lamanya. 
Tan sakit kepala mendengar Eun Sang tak mau pindah ke apartemen itu, “Kau tak tahu apa yang harus aku berikan pada kakakku untuk mendapatkan itu. Sudahlah, kembalilah ke kamarmu.”
Maksud Tan adalah kamar di dalam rumahnya. Tapi Eun Sang tak mau, “Bagaimana mungkin aku pergi ke sana? Tak ada jaminan kalau hubungan kita akan langgeng. Hal itu akan menambah masalah kalau nanti kita putus.”
Tan mendelik mendengar ucapan Eun Sang dan Won memandang mereka dengan geli. Eun Sang meneruskan kalau ia mungkin sekarang merasa akan mati kalau tak bisa hidup tanpa Tan, “Tapi kita kan tak tahu apa yang akan terjadi nanti.”
“Heh, aku ini juga tak bisa hidup tanpamu. Dan itu adalah masa depan kita, bodoh!”
“Anak-anak..,” sela Won.
Tapi Tan memotongnya, “Kak, tenanglah. Aku bisa mengurusi hal ini sendiri.” Ia pun berbalik pada Eun Sang dan bertanya apakah Eun Sang serius dengan kata-katanya.
Maka Eun Sang pun menjawab, “Tak ada jaminan kalau kita akan bahagia selamanya. Aku mungkin akan mencampakkanmu.” Tan kesal, menyuruh Eun Sang diam dan menariknya pergi
LOL. Won menatap kepergian mereka dengan geli, tapi kemudian senyumnya menghilang dan iapun menghela nafas. Mungkin membandingkan hubungan Tan-Eun Sang dengan hubungannya sendiri.
Di depan ibu Eun Sang, Tan dan Eun Sang berlutut. Tan meminta maaf karena telah menyusahkan ibu Eun Sang dan berjanji kalau hal ini tak akan terulang kembali. Ia sudah mendapat persetujuan ayahnya dan meminta ijin ibu Eun Sang agar mereka bisa mulai pacaran, “Berilah restu pada kami, Bu.”
Ibu Eun Sang diam tak menjawab, hanya menunduk dan mulai mencabuti sisa benang di kaos kaki. Rupanya itu adalah pekerjaan yang bisa ia dapat sekarang. Tan dan Eun Sang menunggu, tapi ibu tetap mencabuti sisa-sisa benang, tetap tak memberi jawaban.
Akhirnya Nyonya Han muncul dengan tak sabar, “Aku sudah tak tahan lagi. Ahjumma, Apa kau tak merestui putraku? Kedengarannya kau tak merestuinya!” katanya sambil berkacak pinggang.
Tan dan Eun Sang kaget melihat Nyonya Han muncul. Mereka memandangi penampilan Nyonya Han dari atas sampai bawah dengan terkesima karena sudah mirip dengan ibu-ibu kebanyakan.
Dengan tangannya, Ibu Eun Sang menjawab kalau ia memang tak bisa merestui hubungan itu. Ia sudah tak ingin berurusan dengan keluarga Kim lagi, karena ia melihat anaknya menderita karena ini.
Tanpa diterjemahkan pun, Nyonya Han dapat menebak kalau Ibu Eun Sang tak menyetujui Tan memacari Eun Sang. Ia sangat kesal pada mantan pembantunya itu, “Anakku ini tampan, tinggi, baik dan mengorbankan hidupnya untuk Eun Sang. Ia bisa memilih yang lebih baik. Kenapa kau menolaknya?”
Ooh.. ngajak perang, nih. Ibu Eun Sang mendelik dan dengan bahasa isyarat ia berkata, Eun Sangku ini cantik, baik dan pintar! Tan tak mengerti apa yang dikatakan ibu Eun Sang dan bertanya pada Eun Sang. 
Tapi sebelum Eun Sang menjawab, ibu meneruskan, kali ini pada Eun Sang, Kau! Kau harus pulang sebelum jam 9. Jangan coba-coba untuk pulang terlambat. Aku akan membunuhmu jika kau datang kemari dengan bergandengan tangan!
Haha.. Eun Sang meringis ngeri karena ancaman itu, tapi ia langsung merubah ekspresinya dan sambil tersenyum ia berkata pada Tan, “Pokoknya aku harus selalu pulang dan untuk sekarang ini, kita dapat bergandengan tangan”
Ibu Eun Sang itu bisu tapi tidak tuli. Mendengar anaknya membelokkan ucapannya, Ibu memukul Eun Sang. Tapi Tan lebih cepat. Ia maju untuk melindungi Eun Sang, sehingga pukulan Ibu kena bahunya.
Semuanya kaget dan semuanya tak bergerak. Tan dan Nyonya Han terlalu kaget dan Ibu Eun Sang kaget plus ketakutan karena ia memukul anak majikan. Bekas majikan sih, tapi tetap saja. Eun Sang bergerak cepat. Ia berbisik pada Tan, “Cepat! Lakukan sesuatu yang kau sangat pintar melakukakannya.”
Tan mulanya bingung, tapi ia langsung sadar dan menjatuhkan dirinya dan mengerang kesakitan. Hahaha.. Nyonya Han langsung berteriak panik, “Ahjumma, kau tadi barusan memukul anakku?”
Ahahaha.. Ibu dan anak sama saja, pinter acting. Ibu Eun Sang terbelalak ketakutan namun juga bingung melihat anak majikannya itu sangat kesakitan sekali. Apalagi dengan nada khawatir Eun Sang bertanya apakah Tan baik-baik saja, “Apa sakit sekali?”
Tan terus mengerang namun menjawab, “Sepertinya sih aku akan baik-baik saja jika ibumu setuju.” Bwahahaha.. Nyonya Han malah menambahi dengan menyuruh Tan untuk menuntut Ibu Eun Sang jika Ibu Eun Sang terus menolak.
Akhirnya Ibu Eun Sang sadar kalau semua itu hanya pura-pura. Ia memukul Tan lagi, membuat Tan mengerang lebih keras. Tapi Ibu Eun Sang kali ini diam dan melanjutkan pekerjaannya. Eun Sang tersenyum, tahu kalau itu artinya ibunya sudah memberikan restu. Ia pun berterima kasih dan Tan pun bangun dengan berlutut lagi, “Terima kasih, Ibu.”
Aww… Nyonya Han melihat senyum kecil muncul dari Ibu Eun Sang. Ia pun duduk, mengambil satu kaos kaki dan mulai mencabuti sisa benangnya. Tan dan Eun Sang toss diam-diam, senang karena usaha mereka akhirnya berhasil.
Eun Sang akhirnya membawa barang-barangya kembali ke rumahnya yang kecil. Dan ia terkejut melihat Tan muncul dari balik pintu, “Oh? Bagaimana mungkin kau ada di sini?”
Tan nyengir, “Kenapa? Apa kau pikir aku hanya ada di cerita-cerita dongeng? Ayo masuklah.”
Tan menutup mata Eun Sang saat membawanya masuk ke dalam rumah. Eun Sang ngomel-ngomel karena Tan menutup matanya, membuat Tan mengancamnya, “Apa yang terjadi kalau kau selalu membantah ucapanku?” Tapi Eun Sang tetap bicara, hingga akhirnya Tan menekan sesuatu di laptopnya dan melepas tangannya.
Eun Sang membuka mata dan terkesima melihat potongan-potongan video dirinya yang sekarang ada di hadapannya. Sambil memeluk Eun Sang, Tan bertanya apakah Eun Sang menyukainya? “Aku mampu bertahan selama ini karena selalu menonton video itu.”
Mata Eun Sang berkaca-kaca mendengarnya. Walau ia merasa sangat terharu, tapi ia mencoba terlihat tenang dan acuh dengan memberi komentar, “Aku terlihat sangat fotogenic.”
Dan benar saja, Tan langsung bertanya apa Eun Sang tak merasa tersentuh dengan apa yang sudah ia lakukan. Eun Sang menjawab kalau Romance bukanlah seleranya, “Aku lebih suka film horror. Atau sesuatu seperti ini,” Eun Sang tiba-tiba mencium pipi Tan, “Thriller.”
Tan nyengir mendapat kecupan mendadak itu dan berkata kalau memang asyik nonton thriller di rumah. Tapi sekarang ia mengajak Eun Sang nonton film romance. Dan tatapan matanya yang mengandung arti, membuat Eun Sang waspada dan langsung melepaskan diri dari pelukan Tan dan menjauh, “Jangan lakukan itu.” 
“Lakukan apa?” goda Tan yang dengan kakinya yang panjang, ia mengejar Eun Sang dengan mudah, “Ruang tamu ini hanya berjarak dua langkah saja.”
Eun Sang menjerit karena Tan berhasil mengejarnya. Eun Sang mengancam kalau ibunya akan segera tiba, tapi Tan malah berkata, “Tak masalah. Aku dapat mengunci pintunya.” Haha.. Dan beneran, Tan mengunci pintunya, membuat Eun Sang menjerit panik, namun juga tertawa-tawa.
Hmm… thriller romantis?
Di sekolah, tak sengaja Rachel menabrak Ye Seol, tapi ia hanya diam saja. Ye Seol menyuruh Rachel meminta maaf padanya, tapi Rachel tetap cuek. Salah satu siswi lain menyindir kalau sopan santun Rachel patut dipertanyakan karena tak ada keluarga yang bisa mengajarkan Rachel akan sopan santun, “Pertunangan ibumu dibatalkan. Pertunanganmu juga batal.”
Rachel menatap mereka marah. Tapi para gadis itu malah terus mengejek, “Kami ini takut padamu karena kau dulu adalah tunangan Tan.”
Terdengar suara sumpit dibanting ke meja. Para gadis itu menoleh dan kaget karena Young Do duduk di belakang mereka, sekarang berdiri dan berkata, “Bagaimana dengan dia menjadi adikku? Kurasa aku menjadi terlalu baik sekarang.”
Mereka langsung kabur saat itu juga. Dengan suara yang hanya bisa didengar mereka berdua, Young Do menyuruh Rachel untuk bangkit dan pergi keluar karena anak-anak lain memperhatikan mereka. 
Rachel pun berdiri dan Young Do memeluk pundaknya dengan akrab. Rachel mencoba melepaskan pelukan Young Do, tapi Young Do malah berkata, “Cobalah terlihat akrab. Dengan begitu, anak-anak yang biasa-biasa saja itu tak akan mengganggumu.”
Aww.. manisnya Young Do.
Rachel bertanya apa Young Do tak berniat untuk menjadi jahat lagi? “Dan menaikkan rambutmu lagi?” Young Do menjawab kalau ia menyukai rambutnya yang sekarang. Tapi Rachel malah menjawab, “Jelek. Pikirkan lagi.”
Hahaha.. Young Do nampak terluka mendengar hinaan Rachel pada rambut barunya itu.
Di luar, Rachel berkata kalau anak-anak itu sekarang tak begitu takut lagi pada Young Do. Tapi Young Do berkata walau begitu, ia tetap masih dapat menyelamatkan adiknya. Rachel heran, “Bagaimana aku masih menjadi adikmu?”
“Karena aku adalah kakakmu. Kau dapat bersandar kepadaku sekarang dan selamanya,” jawab Young Do.
Aww.. Young Do akan menjadi pelindung Rachel selamanya.
Rachel melihat sekarang Young Do banyak waktu luang. Apakah Young Do sudah mengakhiri semuanya dengan Cha Eun Sang? Young Do menjawab kalau tak ada yang perlu diakhiri dan ia tak memerlukan ijin orang lain. Kalau ia merasa sudah selesai, maka semuanya selesai.
Rachel bertanya tentang kondisi perusahaan Presdir Choi dan Young Do berkata masih tetap baik-baik saja. Rachel berharap kalau tak akan terjadi apapun sehingga ia tak perlu menghibur Young Do, “Sepertinya semester ini, kita saling menghibur satu sama lain.”
Rachel pun kembali ke kelas.
Young Do melihat kemunculan Eun Sang dan ia berjalan menghampiri Eun Sang. Eun Sang sudah hampir menyapanya, tapi Young Do terus berjalan tanpa menghiraukannya.
Eun Sang memandangi Young Do yang menjauh darinya.