Senin, 23 Desember 2013


Salah seorang anak berteriak, “Hasil ujian sudah keluar!” Semua berbondong-bondong ke papan pengumuman, termasuk Eun Sang. Tapi ia dihentikan oleh Bo Na yang dengan wajah serius berkata, “Mulai sekarang, jangan mendekatiku. Menyingkirlah!”
“Kenapa?”
“Hasil ujian sudah keluar. Dan jika ternyata Chan Young kalah dari Rachel karena terlalu mengkhawatirkanmu yang menghilang… aku akan menangis!” kata Bo Na judes.
LOL. Eun Sang tersenyum geli melihat temannya yang dramaqueen banget.

Tapi semuanya tak dapat melihat hasilnya karena Tan sudah ada di sana dan paling depan,  menutupi kertas pengumuman itu dengan seluruh tubuhnya. Bahkan ia berjinjit dan mengangkat jaketnya agar peringkat yang di atas pun tak dapat dibaca dan menyuruh semua siswa untuk menyingkir.
Aishh.. Memang sih semua sekolah punyanya Tan, tapi…
Saat ia mendengar suara Eun Sang memanggilnya, Tan bertambah panik. Ia langsung menyobek kertas pengumuman itu dan kabur. Eun Sang berteriak memanggilnya, “Hei!! Kau ada di peringkat paling bawah lagi? Berhenti!” Tapi Tan terus melarikan diri, membuat Eun Sang berteriak frustasi, “Katamu kau akan berada selalu di belakangku!”
Teriakan itu membuat Tan berhenti dan menoleh, “Kalau begitu berjalanlah lebih dulu di depanku.”
Haha.. Eun Sang tersenyum dan berjalan menghampiri Tan, “Ohh.. pria yang selalu memegang ucapannya.” Ia langsung merebut kertas itu dan malah melarikan diri. Yaelahh.. dua anak ini.
Di taman, Tan mencoba mencari kertas yang disembunyikan Eun Sang, tapi Eun Sang tak mau. Kata ibunya, mereka tak boleh berpegangan tangan. Tapi Tan berkilah kalau ibu Eun sang tak ada di sini. Ia belum siap melihat nilainya, jadi ia merobek kertas perngumuman itu, “Aku trauma karena itu. Ayo, berikan padaku!”
Dengan manis Eun Sang bertanya apa Tan yakin kalau Tan ada di posisi 100? Ia membuka dompet untuk  mengambil uang untuk membeli minuman. Tapi Tan melihat kertas pengumuman itu ternyata terlipat rapi di dalam dompetnya, maka ia langsung merebut dompet itu dan menyembunyikan di dalam jaketnya. Ia ingin hubungan mereka langgeng, maka memutuskan kalau mereka berdua tak akan membaca hasil itu.
Namun tetap saja terlambat. Chan Young telah mengupdate hasil ujian mereka di Kakao-nya. Tan mencoba menghalangi Eun Sang untuk membacanya, tapi namanya yang hanya dua kata gampang terlihat. Ia ada di posisi 50, sedangkan Myung So (yang kemarin lirik kanan kiri tak mau hasilnya dicontek) ada di posisi 100! Bwahaha..
Tan kaget sekaligus bangga, “Akhirnya aku bisa juga punya nilai rata-rata.” LOL, biasanya memang selalu merasa di ujung, ya.. Ujung puncak kenarsisan dan pun puncak bawah nilai akademis. Dan Tan pun tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyombong, “Sebenarnya, dulu itu aku ini tak sungguh-sungguh mengerjakannya.”
Tapi Eun Sang tak menghiraukannya karena ia melihat nama lain, “Choi Young Do di peringkat 27.”
“Maksudmu peringkat 97?”
“Dia di peringkat 27,” Eun Sang mengkoreksi. “Wahh.. Ia sangat keren. Ia pasti baru sekarang mengerjakan ujiannya dengan sungguh-sungguh.”
Hahaha.. Tan gondok sekali mendengar pujian Eun Sang pada Young Do, “Hei, ini bukan ujian kita yang terakhir. Dulu aku rangking 100, sekarang rangking 50, berarti kau bisa menebak kan aku ada di peringkat berapa nanti?”
Eun Sang mencibir, “Tidak bisa kalau masih ada Chan Young, Kalau dipikir-pikir, Chan Young juga sangat keren.”
Tan benar-benar kesal hingga mendorong Eun Sang, “Kalau begitu pacaran saja dengan Chan Young.” Tapi ia segera ingat, “Eh, kau peringkat berapa?”
Eun Sang terbelalak dan buru-buru kabur.
Young Do bertanding lagi dengan ayahnya, dan kali ini ia menang. Presdir Choi memuji Young Do yang berhasil mengalahkannya dan bertanya hadiah apa yang diminta Young Do sekarang? Young Do menyebutkan, “Beritahu aku dimana ibu sekarang tinggal.”
Presdir Choi takdapat memenuhi permintaan Young Do karena ia sendiri juga tak tahu. Tapi jawaban itu membuat Young Do lega, karena setidaknya ayahnya tak menyembunyikan keberadaan ibu darinya.
Masih dengan memakai seragam, Young Do pergi ke restoran ddukbokgi, dan pemilik restoran yang baru tahu nama Young Do dari name tag yang ada di seragam memberitahukan kalau ada seorang wanita yang menitipkan kartu nama untuk diberikan pada anak yang bernama Choi Young Do.
Young Do membaca nama ibunya yang bekerja di sebuah kafe bernama Secret Garden. Dan ternyata di bawah pertanyaan ibunya, Young Do menulis jawaban untuk ibunya.
Tan menghadang Bo Na yang langsung dituduh kalau Tan ingin menyatakan perasaannya karena sedang tak ada Chan Young. Ha.. dua anak narsis ini, Tan berkata kalau ia menemui Bo Na karena sedang tak ada Eun Sang di antara mereka, Ia ingin bertanya apa yang Eun Sang suka dan tidak sukai?
Bo Na menjawab tak tahu karena ia bukanlah teman Eun Sang. Namun ia menduga kalau Tan ingin memberikan hadiah pada Eun Sang dan berkata kalau Eun Sang butuh sekali banyak barang, “Ia meminjam sepatu tinggiku, handphone-nya tergores, ia suka bantalku, dan dompetnya juga baru saja hilang. Katanya ada orang gila yang mencuri dompetnya.”
Tan nyengir bangga, “Aku si orang gila itu. Aku mengambilnya karena ingin membelikan dompet untuknya.”
“Oh My God!”
Hyo Sin memberitahukan kalau SMA Se Ryun ingin meminjam host untuk festival dari sekolah mereka. Bo Na sangat antusias dan meminta Hyo Sin untuk mengiyakan. Alasannya? “Klub broadcasting Se Ryun itu banyak cowok cakep!” Eun Sang berkata kalau Bo Na sudah punya pacar, tapi Bo Na berkata kalau ia punya pacar bukan berarti ia tak bisa memandang pria-pria tampan.
Ia pun mengajak Eun Sang untuk menemaninya. Eun Sang tak bisa karena ia harus bekerja. Maka Bo Na pun mengajak Eun Sang dan mengatur pertemuan itu di café Eun Sang.
Mereka pun beranjak pergi dengan bersemangat. Hyo Sin senyum-senyum melihat mereka dan mengambil handphone-nya, “Tan sekarang ada di mana, ya? Kuharap Chan Young sedang ada di dekat sini.” LOL, ada yang nyalain kompor, nih.
Bo Na dan Eun Sang menemui anak Se Ryun yang bertanya sekaligus memuji, “Apakah gadis di Jeguk semuanya cantik seperti kalian?” 
Dengan manis Eun Sang menjawab kalau mereka saja yang memang cantik. Aih..
Namun belum sempat percakapan mereka lebih jauh, terdengar suara, “Sayang ..”. Bo Na dan Eun Sang menoleh dan melihat Tan serta Chan Young menghampiri mereka. Pada anak Se Ryun, Tan memberiahu kalau Eun Sang sudah menikah dan menyuruh mereka pergi.
Kedua pria itu berkata kalau mereka belum membicarakan masalah festival. Tapi mereka mengalah dan berkata kalau mereka akan menghubungi Bo Na kembali. Tapi dengan ketus Chan Young melarang mereka melakukan hal itu. Kedua murid itupun pergi.
Tan dan Chan Young duduk menggantikan murid-murid Se Ryun. Tan mengkritik jepit rambut yang tumben dipasang oleh Eun Sang, yang langsung buru-buru dilepas oleh Eun Sang. Tan memarahi Bo Na yang mengajak Eun Sang di siang hari.
Chan Young yang tadinya sepaham dengan Tan langsung berbalik arah, “Kenapa kau malah memarahi Bo Na? Eun sang juga bukan seperti Ibu Theresa. Ia itu tergila-gila pada pria.”
“Yoon Chan Young, jangan mengada-ada,” bentak Eun Sang kesal. Tapi Bo Na malah menyerang Eun Sang yang membentak Chan Young. Tan yang masih kesal pada Bo Na, berkata kalau Bo Na tak punya hak bicara. Bo Na ganti membentak Tan, “Jangan bicara padaku lagi. Aku ini bukan pacarmu.”
“Kalau begitu berhentilah menemui pria lain,” potong Chan Young. Kali ini Tan setuju dan mereka pun satu kubu lagi. Eun Sang kesal pada Tan yang bukannya menghentikan Chan Young malah membela Chan Young. Bo na setuju, “Kim Tan itu adalah tipe yang membuatmu merasa kesal.”
Chan Young setuju dan pada Eun Sang ia menasihati, “Apa gunanya wajah tampan? Itu hanya bertahan selama 3 bulan.”
Dan kali ini Eun Sang setuju, “Yang penting dari pria itu adalah kepintaran.”
Haha.. Kasihan Tan, semua malah mengeroyoknya.
Saat berdua, Tan mengakui kalau dirinya adalah cowok posesif. Ia sebenarnya ingin membunuh para pria yang menatap Eun Sang, benci pada pria-pria yang memikirkan Eun Sang, “Kau tak tahu pria-pria itu berpikir apa. Semua pria itu sama. Kecuali diriku.” Lol.
Eun Sang tertawa mendengar Tan tak sama dengan pria-pria lain. Tapi Tan bersikeras kalau dia polos dalam mencintai Eun Sang (ha!) dan memiliki hati yang putih (HA!). 
Eun Sang mencibir tak percaya, “Bagaimana kau bisa membuktikannya? Apa kau bisa mengeluarkan hati putihmu?”
“Lupakanlah. Aku kecewa padamu,” Tan cemberut dan meninggalkan Eun Sang. Eun Sang kaget melihat Tan yang marah beneran dan berteriak, kapan Tan akan mengembalikan dompetnya.
Ternyata Tan hanya pura-pura marah. Ia berbalik dan tersenyum. Ia melemparkan sebuah bungkusan dan berkata kalau ia sekarang akan mengembalikannya. “Aku merasa senang karena kita bertengkar bukan karena situasi yang sedang kita hadapi, tapi tentang kita sendiri. Mari kita bertengkar setiap hari seperti ini.” Tan melambaikan tangannya dan pergi.
Aww.. so sweet..
Masih tetap tersenyum, Eun Sang membuka bungkusan itu. Ternyata dompetnya sudah diganti dengan dompet yang baru. Dan di dalamnya ada foto Tan.
Haha.. tetep.. narsis dan posesifnya kumat. Awas.. jangan-jangan ada alat penyadapnya.
Yoon sepertinya ingin nostalgia dan mendatangi kafe yang dulu sering ia datangi. Ia kaget karena melihat Esther ada di sana. Esther pun juga tak menanyangka melihat mantan pacarnya itu ada di hadapannya.
Mereka pun duduk bersama. Esther mengungkit tentang Yoon yang sekarang menjadi wakil presiden direktur dan Yoon juga mengungkit tentang kabar putusnya pertunangan Esther. Esther menjawab kalau Hotel Zeus sekarang sedang dalam penyelidikan, membuat Yoon berkata kalau Esther selalu pintar, sama seperti 20 tahun yang lalu.
Yoon bertanya apakah Rachel baik-baik saja? Esther menjawab kalau sekarang Rachel sedang menangis sejak pertunangannya putus padahal Rachel adalah gadis yang jarang menangis, “Ia pasti sangat suka dengan Tan. Tapi ia tak tahu bagaimana cara menyukai seseorang. Aku sendiri tak dapat mengajarkan padanya. Karena aku sendiri juga tak tahu.”
Yoon terkejut mendengar pengakuan Esther. Esther melanjutkan, “Melihat Rachel sekarang, aku jadi punya kesempatan untuk melihat ke kehidupanku sendiri.”
“Dan kehidupan itu seperti apa?” tanya Yoon hati-hati.
“Sebuah kehidupan yang menghasilkan banyak uang, sangat kaya,” Esther menghela nafas, “Sebuah kehidupan tanpa Yoon Jae Ho.”
Walau Tan selalu memarahi ibunya yang suka minum anggur, kali ini Tan malah menuangkan anggur untuk ibunya dan mengajak minum bersama. Tan berkata kalau seorang anak harus belajar cara minum dari ayahnya. Tapi sekarang ibu adalah ayahnya juga. Mendengar nama ayah disebut, mood Nyonya Han langsung suram, karena mengingatkannya pada presdir Kim.
Tan bertanya kapan ibunya akan pindah ke tempat yang disediakan Won? Nyonya Han tak berniat pindah ke sana. Ia tak ingin tinggal di rumah yang bagus lagi. Ia ingin berjalan dengan kakinya sendiri melihat dunia luar, “Aku akan berjalan-jalan ke Gangnam besok.”
Tan mengajak ibunya untuk berjalan-jalan bersamanya besok. Nyonya Han setuju. Mereka besok akan jalan-jalan, tapi setelah itu Tan harus pulang ke rumah karena ayah Tan hanya sendirian saja. Tapi Tan tak mau karena ibu adalah ayahnya juga. Nyonya Han meminta Tan untuk tak berkata seperti itu.
Presdir Kim berada di rumahnya yang besar, dan tiba-tiba ia merasa pusing. Saat merasa agak baikan, ia mendengar suara, “Aku sudah pulang.”
Presdir Kim menoleh dan rupanya ia teringat masa lalu. Saat itu Won pulang sekolah dan Tan mengikutinya dari belakang, bertanya pada Won. Tapi Won tak menjawab. Tan pun melihat ayahnya dan menghambur untuk memeluknya. Presdir Kim sudah membuka tangannya namun ia tak memeluk Tan, karena Won menoleh ke arahnya.
Bayangan masa lalu itu menghilang, dan kepala Presdir Kim terasa sangat sakit hingga ia terjatuh pingsan. Sendirian di rumah yang besar.
Tan dan Won langsung menuju rumah sakit saat mendengar berita jatuhnya ayah. Begitu pula dengan Nyonya Han. Pertolongan pertama sudah dilakukan pada Presdir Kim yang mengalami perdarahan otak. Tapi menurut dokter, mereka tak bisa mengoperasi Presdir Kim sekarang, harus menunggu Presdir Kim sadar dulu.
Tan bertanya bagaimana kalau ayahnya tak sadar? Dokter menjawab kalau mereka harus berdoa agar Presdir Kim bisa sadar. Nyonya Han yang selama itu duduk di samping Presdir Kim dengan sedih, hanya semakin mempererat genggamannya, seakan ingin memberi kekuatan agar cepat sadar.
Nyonya Jung juga mendengar tentang kondisi suaminya. Adik Nyonya Jung meminta kakaknya agar segera bergerak. Nyonya Jung menyuruh adiknya tenang karena ia sedang berpikir. Adik Nyonya Jung berkata kalau kakaknya telah berpikir selama 20 tahun. Apa lagi yang perlu dipikirkan? “Kita harus segera cepat melakukannya. Suruh Pengacara Park untuk mempersiapkan semua dokumennya.”
“Tindakan yang sembrono akan membawaku ke posisi kotor yang penuh tuduhan dan dakwaan hukum. Aku akhirnya bisa tak memiliki sepeserpun,” jawab Nyonya Jung.
Tapi menurut adiknya, sekaranglah saat yang tepat karena Won sedang panik sekarang dan belum tahu gerakan mereka, “Kau telah menahan semua penghinaan dari keluarga itu. Untuk apa? Ya untuk hari ini! Segala penderitaanmu akan hari-hari yang menyedihkan itu harusnya terbayar sekarang.”
Nyonya Jung memang berniat melakukannya. Tapi ia mencoba melakukannya dengan benar. Ia menyuruh adiknya untuk mencari tahu kondisi terakhir di rumah sakit sementara ia akan menelepon beberapa orang.
Tapi Yoon dan Won sudah dapat menebak langkah Nyonya Jung. Sebagai istri yang sah, Nyonya Jung mendapat hak suara milik Presdir Kim jika presdir Kim tetap dalam keadaan koma. Won menduga kalau Nyonya Jung akan menggelar rapat pemegang saham untuk mencopot posisi Presdir Kim. Yoon berkata kalau ia akan segera mengadakan rapat internal.
Nyonya Han masih tetap duduk menemani Presdir Kim. Tan masuk dan meminta ibunya untuk pulang dan akan menelepon jika ayahnya bangun. Tapi Nyonya Han meminta anaknya tak mengkhawatirkannya. Ia lebih khawatir kalau Presdir Kim langsung mencari-carinya ketika sadar.
Tapi Tan berkata kalau ia tak mengkhawatirkan ibunya, tapi mengkhawatirkan perusahaan dan ayahnya, “Bu Presdir sepertinya sedang merencanakan sesuatu. Aku tak ingin ia melihat ibu ada di sini. Won, ayah dan aku akan berada di posisi yang sulit,” pinta Tan.
Nyonya Han merasa terluka, tapi ia berkata kalau ia mengerti dan akan segera pergi. Tan merasa tak enak  karena mengucapkan kata-kata yang terus terang itu pada ibunya. Tapi ibunya menenangkan anaknya kalau ia mengerti maksud Tan dan meminta Tan untuk segera meneleponnya jika Presdir Kim sadar. Ia pun segera pergi. Tan hanya menghela nafas memandangi ayahnya.
Nyonya Jung mengumpulkan pemegang saham yang merupakan saudara Presdir Kim. Ia mengatakan kalau ia tak percaya pada kemampuan Won dan Tan dalam menghandle perusahaan yang dibangun oleh suaminya seumur hidupnya. Saudara-saudara Presdir Kim meminta Nyonya Jung blak-blakan tentang niatnya.
Maka Nyonya Jung berkata kalau mereka semua memiliki kesempatan untuk mendapatkan perusahaan ini lagi melalui dirinya. Ia tak memiliki anak untuk menjadi pewaris, sehingga dengan mereka berada di pihaknya, mereka memiliki kesempatan lagi mewarisi Jeguk.
Nyonya Jung meminta mereka untuk berada di pihaknya. Karena saat Won dan Tan mewarisi Jeguk, mereka semua tak memiliki kesempatan itu lagi.
Kartu nama ibunya sudah ada di tangan, tapi ia ragu. Akhirnya ia memutuskan untuk mencuci piring. Namun di sana ia malah mendengar para koki sedang bergosip. Tahu apa yang mereka gosipkan, ia pun melepas sarung tangan dan celemek, meninggalkan dapur dan menuju ruangan ayahnya.
Benar saja. Ia melihat jaksa dan polisi sedang mengumpulkan semua dokumen. Ia berteriak dan mencoba menghentikan mereka, ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi Presdir Choi berteriak, meminta Young Do untuk meninggalkan ruangannya.
Young Do dibawa keluar, namun ia terus menatap wajah ayahnyan yang tak sepercaya diri seperti biasanya.
Tan menunggui ayahnya dan memandanginya, seakan memohon agar ayahnya bangun. Melihat tangan ayahnya yang terkulai, ia memberanikan diri untuk menggenggamnya.
Nyonya Jung muncul dan langsung bertanya dimana ibu Tan sekarang, “Apa dia tak bisa masuk karena ia bukan keluarga?” sindirnya.
“Anda juga keluarganya, tapi Anda datang terlambat,” jawab Tan. Nyonya Jung menjawab kalau ia harus mengurus beberapa hal karena tak ada harapan bagi Presdir Kim untuk bisa sadar kembali. Berbeda dengan Nyonya Jung, Tan percaya ayahnya nanti akan sadar.
Pada suaminya, Nyonya Jung berkata kalau sekarang Presdir Kim pasti merasa bahagia karena anak-anaknya ada di sisinya. Dan ia juga bahagia karena ia sudah menunggu-nunggu akan datangnya hari ini. “Karena kau sekarang terbaring di sana, maka aku sekarang adalah wali resmi Tan. Itulah gunanya kartu keluarga.”
Tan memperingatkan Nyonya Jung agar tak coba-coba menyentuh saham yang diberikan ayahnya padanya karena ia akan menjadikan Won sebagai walinya. Nyonya Jung mempersilakan Tan melakukan hal itu. Karena sebentar lagi Tan dan ibunya akan pergi tanpa sepeser uang pun. “Selamat datang di dunia yang penuh keserakahan ini, anakku.”
Won muncul dan menyapa Nyonya Jung sekaligus menyindirnya, “Saya pikir Anda tak bisa datang karena sibuk.” Nyonya Jung berkata kalau ia hanya ingin melihat Presdir Kim dan memberitahu tan apa yang harus ia beritahukan. Ia pun pergi meninggalkan mereka.
Won meminta agar Tan tak perlu memikirkan ucapan Nyonya Jung karena Tan masih terlalu muda. Ia menyuruh Tan untuk pulang dan beristirahat. Ia akan berjaga malam ini dan Tan bisa menjaga ayah setelah pulang sekolah.
Tak banyak bicara, Tan mengiyakan perintah kakaknya. Sejenak ia menatap ayahnya dan kemudian berlalu pergi.
Di lift hotel, ia memencet angka 34. Teringat wajah ayahnya yang pucat pasi dan ucapan Nyonya Jung di rumah sakit, “Kadang pelajaran pahit adalah obat yang mujarab. Kita ambil, kita kalah, kiat mengambil alih, kita diambil alih. Selamat datang di dunia yang penuh keserakahan ini, anakku.”
Ia pun mengurungkan niat ke kamarnya. Ia memencet angka 35. Satu lantai menuju atap hotel. Di atas, ia menatap kota Seoul. Ia membutuhkan tempat untuk berpikir.

Merasa tak sendiri, ia menoleh dan melihat Young Do ternyata juga berada di sana. Young Do pun menyadari kehadiran seseorang. Ia menoleh dan mereka pun berpandang-pandangan. Ingin bercerita, tapi mereka tak sedekat sahabat. Mereka pun sama-sama memandang ke atas kota Seoul, tenggelam dalam pikiran masing-masing.