Sabtu, 11 Februari 2012


Apple App Store vs. Android Market: Lebih Aman Mana?
Ihsan Magazine - Salah satu perbedaan penting dari Apple App Store dan Android Market adalah kebijakan yang diterapkan pada kedua app store itu. Apple mengecek dengan detail setiap aplikasi yang didaftarkan ke App Store, termasuk layak dan tidaknya aplikasi itu dijual di App Store. Sebaliknya, Google membiarkan Android developer untuk menjual aplikasi mereka ke dalam Android Market. Aplikasi itu hanya akan ditarik atau diblokir jika terbukti melanggar ketentuan yang telah ditetapkan Google.

Kebijakan Google dan Apple dalam hal aturan pendistribuasian aplikasi di app store milik mereka memang sangat bertolak belakang. Apple di satu sisi memiliki aturan ketat dan sebuah proses ijin atau persetujuan sebelum aplikasi masuk ke App Store. Di lain sisi, Google juga memiliki aturan tapi tidak melalui proses persetujuan dari pihak Google sebelum aplikasi masuk ke Android Market.

Sebuah artikel di situs CultofMac membahas hal tersebut dan menguraikan bagaimana sebenarnya Apple bisa mengambil hal-hal positif dari kebijakan Google atas Android Market. Dengan kata lain, sistem yang ada di Android Market bisa saja diterapkan pada App Store tanpa harus khawatir akan adanya pelanggaran yang bersifat serius dan membahayakan user.

Ada banyak alasan kenapa Gogole tidak meminta developer untu melalui proses persetujuan sebelum mendaftarkan aplikasi mereka di Android Market. Alasan pertama dan utama adalah untuk menjamin kebebasan para developer agar bisa memberikan update dan aplikasi sesuai keinginan mereka. Sebuah developer (bukan perusahaan besar) bisa saja telah melakukan tes pada sebuah aplikasi tapi sebaik apapun mereka mencoba, bugs tetap saja muncul. Pendaftaran aplikasi tanpa proses persetujuan yang berlaku di Android Market memungkinkan developer untuk secara cepat mengidentifikasi adanya bugs via user feedback, kemudian membenahinya dan selanjutnya rilis update secepatnya.

Berbeda dengan di App Store, sebuah developer untuk Apple diharuskan mengidentifikasi bugs, membenahinya dan user masih akan terus protes atas adanya bugs tersebut. Masalahnya bukan hanya bugs, developer yang ingin menambahkan fitur baru bisa dilakukan secara cepat di Android Market tanpa proses persetujuan, berbeda dengan di App Store. Open system di Android juga memberi kesempatan pada developer independen untuk memamerkan aplikasi mereka dengan cara mudah tanpa melalui proses persetujuan yang berfungsi menilai apakah aplikasi itu layak atau tidak untuk diterima.

Tapi, bukankah proses semacam itu menjadikan sembarang aplikasi, termasuk aplikasi tidak bermutu, berdesakan di Android Market? Ya, hal itu tidak dipungkiri. Tapi sesungguhnya hal semacam itu akan memberikan kesempatan pada user untuk memberikan rating sehingga user lain akan tahu apakah suatu aplikasi bermutu atau tidak.

Bagaimana dengan sistem keamanan? Jika Google tidak melalui proses persetujuan, bagaimana user tahu aplikasi itu bukanlah malware? Perlu diketahui bahwa setiap aplikasi (dan akun developer) yang diupload ke Android Market secara otomatis di-scan oleh sistem proteksi malware milik Google. Jika dicurigai sebagai malware maka Google akan membuang aplikasi itu dari Android Market, termasuk dari handset milik user yang telah terlanjur mendownload aplikasi itu. Android telah didesain sejak awal untuk mencegah adanya kemungkinan malware yang ada di ponsel. Dengan adanya ‘sandboxing and permissions’ di Android OS, sangat tidak mungkin sebuah aplikasi bisa akses informasi dari sebuah ponsel yang seharusnya tidak boleh diakses.

Selain proses distribusi aplikasi yang berbeda antara Android Market dan App Store, hasil dari dua app stores itu juga terlihat sangat berbeda. Android Market menjadi app store yang sangat bersahabat bagi developer tapi tentu saja developer tetap akan mau menerima apapun aturan dan pembatasan pada aplikasi yang mereka buat. Sebagai pengguna aplikasi seperti Anda, aturan di App Store dan Android Market itu tentunya tidak berdampak serius karena keduanya memberikan keuntungan, tidak peduli bagaimana proses aplikasi itu bisa ada di app store.

Meski demikian, apa yang terjadi di App Store minggu ini perlu menjadi catatan penting untuk dicermati. Social network app Path diketahui telah upload address book milik user ke server mereka tanpa sepengetahuan user. Path kemudian mendapatkan kritik global, lalu meminta maaf dan diakhiri dengan pemberian update untuk membenahi masalah tersebut sekaligus menghapus semua data user yang masuk ke server mereka.

Apa yang membuat user kecewa dan merasa ditipu bukan hanya soal pelanggaran privasi oleh Path tapi pertanyaan besar, kenapa App Store bisa mengijinkan aplikasi seperti Path untuk masuk ke App Store padahal Apple memiliki proses perijinan dan pengecekan sebelum menerima Path.

Ketika proses pengecekan aplikasi tidak bekerja, atau kemungkinan bermasalah/rusak, sebenarnya itu adalah bukti betapa pentingnya proses penerimaan sebuah aplikasi di App Store. Proses yang berlaku di App Store menjamin pengguna bahwa aplikasi yang telah disetujui, aman digunakan, dan tidak akan mencuri data user juga tidak menginfeksi iDevices, seperti kasus yang terjadi pada Path.

Dengan kata lain, masalah pokok pada app stores adalah soal ‘kepercayaan.’ Dengan melalui proses persetujuan, konsumen App Store bisa mempercayai bahwa data mereka aman. Tapi ketika data mereka ternyata tidak aman karena adanya aplikasi nakal, maka tanggung jawab ada di pihak yang jelas: Apple dan developer yang membuat aplikasi tersebut. Kebijakan seperti pada App Store meminta setiap developer untuk berlaku jujur dan bagi Apple, mereka harus tetap siaga akan adanya kemungkinan developer nakal. Yang lebih penting, kejujuran yang digagas melalui proses penerimaan aplikasi itu merupakan elemen penting bagi Apple untuk membuatnya mampu mendominasi mobile apps: user mau mengeluarkan uang lebih karena mereka percaya quality control yang berlaku di internal Apple dan pada akhirnya developer iOS mampu menghasilkan lebih banyak uang dibanding developer Android.

Dalam banyak hal, Google cukup waspada dengan menghapus aplikasi nakal dari Android Market setelah pengguna mulai mengeluh… tapi tentu usaha itu tidak cukup. Sangat mengkhawatirkan ketika user download sembarang aplikasi di Android Market dan ada kemungkinan itu adalah salah satu malware dan akan mencuri data pribadinya. Sebaliknya, Apple menyadari bahwa kesehatan ekosistem aplikasi bermuara pada kepercayaan, yang berarti bahwa mereka perlu bertanggung jawab pada konten yang mereka jual. Ada kemungkinan Apple menyetujui aplikasi yang seharusnya ditolak, sebagai dampaknya user akan memberikan kritik dan Apple akan menerimanya. Yang terjadi pada Google jika ada malware terdapat di Android Market: “tidak mengambil tindakan apapun, menunggu sampai keadaan benar-benar mendesak.” Dan itu adalah salah satu alasan kenapa rata-rata pengguna Android memiliki ketertarikan lebih rendah untuk membeli aplikasi dibanding pengguna iOS devices.