Senin, 21 Oktober 2013

Chae Kyung tertunduk lesu di sofa. Dengan sabar Do Han mendengar pengakuan Chae Kyung. Ia memuji Chae Kyung  yang telah memutus hubungan dengan Presdir Jeong. Tapi Chae Kyung masih khawatir karena ia sudah memberikan begitu banyak informasi keuangan rumah sakit pada Presdir Jeong. Do Han menenangkannya karena masih ada waktu bagi Chae Kyung untuk memperbaikinya.

Chae Kyung tak tahu mengapa ingin mengambil alih rumah sakit. Do Han mengatakan kalau Chae Kyung melakukan hal ini demi dirinya. Chae Kyung menggeleng dan tersenyum sedih, “Tidak. Aku melakukan demi diriku sendiri, sementara aku berpura-pura aku melakukannya untukmu.”
Ia juga ingin mencari kembali tujuan hidupnya, mencari kembali kenangan indah bersama Do Han dulu, “Selama ini aku berusaha untuk melupakan kenangan buruk dalam hidupku. Tapi bersamaan dengan itu aku juga menghilangkan kenangan yang indah. Saat-saat dimana kita saling jatuh cinta, saat kita bahagia. Rasanya otakku sekarang menjadi kosong. Seperti rumah yang kosong tanpa penghuni.”

Do Han merangkul Chae Kyung yang akhirnya menangis terisak-isak di pelukannya.


Yoon Seo menerima telepon dari ibunya. Sepertinya ini bukan pertama kali ia menerima tawaran ibunya untuk blind date. Calonnya kali ini berprofesi sebagai jaksa. Yoon Seo tak mau, walau calon yang disodorkan kepadanya adalah jaksa umum (ya iya.. tuwir, kali). Berkali-kali ia menolak, hingga akhirnya ia berkata, “Duhh.. suaranya putus-putus.. Halo? .. uh.. Bu, nggak jelas.. aku tak bisa mendengar.. ”
Dan Yoon Seo pun menutup telepon. Heheh.. bad girl..

Shi On yang sedang membuat kopi, ikut mendengarkan percakapan Yoon Seo tadi dan menyarankan agar Yoon Seo datang ke acara itu setidaknya sekali. Menurutnya, orang yang berprofesi sebagai jaksa adalah orang baik. Yoon Seo menggerutu, menyuruh Shi On untuk tak mengungkit hal itu lagi. Namun  Shi On berkata kalau ia juga ingin ikut dijodohkan seperti itu suatu saat nanti.


Mood Yoon Seo pun kembali normal, dan dengan ceria ia bertanya apakah Shi On mau melihat foto calon suaminya? Shi On mengangguk dan Yoon Seo pun menunjukkan foto si jaksa itu. Shi On tak dapat menahan ketawa melihat foto itu, “Dia mirip seperti Voldemort di Harry Potter.”


Yoon Seo langsung memperhatikan foto itu dengan seksama dan ia juga tak dapat menahan tawanya. Ia pun bergaya, “Kalau begitu, apakah aku mirip dengan Shin-nae-ba Hermione?”
“Sudah ketahuan yang sebenarnya,” Shi On menatap Yoon Seo kesal. Tapi Yoon Seo masih belum mengerti apa maksud Shi On, sehingga ia menjelaskan, “Kebenaran tentang Shin-nae-bae terkuak  saat makan malam bersama. Julukan itu bukan pemberian orang lain tapi dari dirimu sendiri.”

Yoon Seo malu, dan ia separuh membanting handphonenya sambil mengomel, “Dasar anak-anak itu.. Ahh.. rasanya kupingku gatal, deh..” Yoon Seo menggaruk-garuk telinganya sendiri. Untuk menutupi rasa malunya, Yoon Seo menyalahkan Shi On yang tak membelanya saat makan malam itu.
Note : di Korea kalau telinga gatal, katanya ada orang yang sedang membicarakan diri kita. Sama seperti kalau mata kedutan, di Jawa)

Tapi Shi On saat itu tak bisa membela karena pikirannya tertuju pada daging sapi yang dihidangkan. Lagipula ia tak tahu apakah pernyataan Shin-nae-ba itu benar atau salah karena selama ini ia tak pernah memandangi tubuh Yoon Seo, ia hanya memandang wajahnya saja.

Yoon Seo tak bisa marah-marah lagi. Shi On pun diam, walau dia berceletuk pelan setengah tak percaya, “Dokter Shin-nae-ba..”

Young Seo tak mau diperiksa oleh Shi On. Setiap kali stetoskop Shi On hampir menyentuh dadanya, ia langsung menepis stetoskop itu.

Psikiater teman Do Han memperhatikan Young Seo dari luar dan memberitahukan analisanya. Young Seo mengalami Post Traumating Stress Disorder dan melihat stetoskop sebagai senjata. Terapi seharusnya harus segera dilakukan, tapi kondisi fisiknya harus dipulihkan terlebih dahulu agar terapinya lebih efektif.

Kalau Do Han memang menginginkan, maka ia dapat memulainya sekarang. Do Han pun memutuskan untuk  mencoba memulihkan kesehatannya dahulu.

Shi On melihat ketiga pasien cilik berlari mengendap-endap ke tangga darurat. Di sana ia menangkap basah mereka sedang makan makanan ringan. Tapi ketiga anak itu bukannya takut, malah menawari Shi On untuk makan bersama. Kali ini mereka mengajak Shi On untuk bergabung tanpa syarat.

Horeee!

Tidak hore, ternyata. Karena setelah itu ketiga anak itu duduk di ranjang dengan lesu. Semua makanan disita Shi On dan Shi On menceramahi satu per satu tentang pantangan mereka tentang akan makanan tersebut.


Anak-anak merengek kesal mendengar ceramah Shi On. Tapi para ibu tertawa geli dan sangat puas akan cara Shi On menangani anak-anak mereka.

Hore untuk Shi On! *pocoyo mode*

Perawat Jo menemukan tempat lotion, yang dulu pernah ia berikan, di tempat sampah. Betapa girangnya ia saat melihat kalau isinya sudah habis terpakai.

Do Han memikirkan cara untuk mendekati Young Seo. Ia teringat ucapan Shi On yang mengatakan walaupun ada orang yang ia takuti, tapi ia merasa aman jika ia memiliki orang yang perhatian dan lebih kuat di sisinya, “Orang itu adalah kakakku. Dan sekarang Anda.”

Aww.. menilik ekspresi Do Han, saya yakin ia tersentuh mendengar pengakuan Shi On.

Do Han keluar ruangan dan mendapati Yoon Seo masih mempelajari kasus Boston. Walau mereka sudah memberikan rekomendasi, tapi Yoon Seo masih merasa galau. Melihat data yang ada, sepertinya ada cara, namun ia belum tahu. Dan hal itu membuatnya merasa tergelitik. Do Han mengusulkan agar Yoon Seo mempelajari kasus itu bersama Shi On.

Sementara Shi On belum mengalami kemajuan dengan Young Seo. Do Han muncul dan Shi On melaporkan kalau ia belum berhasil memeriksa kondisi Young Seo. Do Han pun tersenyum pada Young Seo. Alih-alih menggunakan stetoskop seperti Shi On, Do Han mengeluarkan stetoskop panda dari saku jasnya, “Young Seo, lihatlah ini. Ini lucu bukan? Bukan sesuatu yang menakutkan, jadi jangan takut.”

Shi On bengong melihatnya. Itu stetoskop yang ia berikan sebagai hadiah ulang tahun!


Dan Young Seo pun terdiam saat stetoskop panda itu menyentuh tubuhnya. Dengan ramah Do Han meminta Young Seo untuk tak takut lagi karena ia jago berkelahi. Ia mengedikan kepalanya pada Shi On, “Dokter yang ini juga tahu kemampuanku.”

“Benar, Young Seo-ah,” Shi On langsung menyambar, “Profesor kami ini mirip dengan Won Bin di Ahjussi.”
Ajaibnya, Do Han malah tersenyum geli mendengar pujian Shi On. Dan Do Han pun berhasil memeriksa Young Seo. Aww.. Shi On pasti senang sekali.

Namun setelah di luar, Do Han kembali memasang wajah standarnya. Ia menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Shi On. Dengan muka masam ia bertanya mengapa Shi On tertawa? Shi On langsung memasang wajah serius lagi dan membantah kalau ia tertawa. Tapi Do Han tahu kalau Shi On tertawa-tawa dari tadi.

Shi On tahu ia tak bisa membohongi Do Han, maka ia menunjuk si panda, “Stetoskop itu..?”
Do Han mengambil stetoskop itu seolah itu hal yang wajar, “Ini? Memang kenapa?” Walau heran Shi On berterima kasih karena Do Han mau menggunakan stetoskop hadiahnya. Seakan menantang, Do Han bertanya, “Apa stetoskop ini harus teronggok di pojokan?”

Shi On menggeleng dan meminta Do Han untuk sering menggunakan stetoskop itu di kemudian hari. Ia pun buru-buru meninggalkan Do Han sehingga tak melihat senyum Do Han yang muncul setelahnya.

Dan kita melihat si psikopat penusuk Young Seo melintas di koridor. Uhh.. creepy.

Perawat Jo memberikan voucher spa di hotel pada Perawat Nam, yang katanya spa di sana bisa mempercantik kulit. Namun Perawat Nam mengatakan ia tak punya waktu, dan Perawat Jo sudah membeli voucher yang bisa dipakai hingga akhir tahun ini.

Tertarik, perawat Nam melihat isi voucher itu. Senang karena perawat Nam menerima voucher itu, ia berkata kalau Perawat Nam tak punya teman untuk diajak, ia mau menemaninya.

Perawat Nam mendelik kaget. Setelah pulih dari rasa kagetnya, ia menjadi marah dan menuduh Perawat Jo melakukan pelecehan seksual . Perawat Jo panik dituduh seperti itu dan buru-buru menunjukkan voucher itu, “Bukan.. tolong lihat baik-baik.. ini untuk dua kamar..”

Haha.. Kasihan melihat wajahnya yang patah hati saat Perawat Nam membuang vouchernya dengan jijik. Perawat Jo kurang spesifik sih ngomongnya ..

Walau ayah sudah tak bisa berbuat kasar tapi kata-katanya masih menyakitkan. Pada istrinya ia berkata kalau istrinya pasti senang karena kankernya sudah pada stadium akhir, tapi ia meyakinkan istrinya kalau ia akan membuatnya menderita selama sisa waktunya, “Apa kau pikir aku akan meninggalkanmu secara baik-baik?” Uhh..

Ibu meminta ayah untuk menjadi orang baik untuk terakhir kalinya, “Jadilah seorang ayah untuk Shi On.”
“Kalau begitu, apa kau pernah menjadi seorang ibu untuknya?” potong ayah keji, membuat ibu diam. “Kau pikir siapa dirimu berkata seperti itu?”

Ibu akan menghabiskan sisa hidupku dengan meminta maaf pada Shi On dan ia pun minta agar ayah melakukan hal yang sama. Ayah marah mendengar permintaan istrinya dan sudah bangkit untuk memukulnya lagi. Tapi terdengar suara, “Jangan pukul!”

Mereka tak menyadari kalau Shi On sudah ada di dalam kamar. Ayah menumpahkan kemarahannya dengan memukul Shi On. Tapi kali ini Shi On menangkap tangan ayah membuat ayah menatap Shi On tak percaya, “Kenapa kau melakukan hal ini pada ayahmu?”

Ha, pertanyaan aneh. Jadi ayah boleh memukul dan Shi On cuma boleh menerima, gitu?

Terbata-bata, Shi On menjawab, “Sekarang.. aku lebih kuat daripada ayah. Jadi, jangan lakukan itu lagi. Jangan lakukan juga pada ibu.”

Di luar, Ibu berterima kasih pada Shi On karena melindunginya. Shi On bertanya sampai kapan ibu akan terus menerima pukulan ayah? Ia lebih suka saat ia tak memiliki kenangan akan ibu yang selalu dipukull karena dari dulu sampai sekarang, ibu tak pernah berubah.

Ibu langsung hendak meminta maaf, tapi seolah sudah tahu apa yang akan ibu katakan, Shi On berkata, “Tolong jangan katakan kalau ibu ingin minta maaf. Kenapa.. kenapa ibu hanya memiliki perasaan bersalah padaku?”

Duhh… tak tega saya melihat mata Shi On yang sedih banget. Selama ini, Shi On hanya ingin merasa disayangi oleh ibu, bukan dikasihani.

Dr. Choi kaget saat melihat Wapresdir Kang lagi di rumah sakitnya yang sebelumnya ia sudah minta untuk mengundurkan diri. Wapresdir Kang mengangguk hormat dan berkata kalau kehadirannya di sini bukan sebagai Wapresdir melainkan sebagai wakil pemegang saham.

Dan ia sedang berkeliling rumah sakit untuk menunjukkan pada calon investor. Ia berterima kasih pada dr. Choi karena berkat usaha dr. Choi membangun rumah sakit ini, para investor tak menemukan cacat di rumah sakit ini.

Yoon Seo berteriak senang saat akhirnya ia menemukan solusi untuk pasien hydrocephalus Boston. Pada Shi On yang baru saja datang, ia menunjukkan kalau selang yang biasanya dipasang ke arah kandung kemih, sekarang dipasang di kantung empedu. Yoon Seo pun meminta Shi On untuk membayangkan, apakah hal itu mungkin atau tidak.

Shi On pun memejamkan mata dan membayangkan jika usulan Yoon Seo itu diterapkan. Ia membuka mata dan berkata kalau hal itu bisa dilakukan. Jika VP Shunt dipasang ke kandung kemih, akan berakibat sering buang air kecil. Tapi jika dipasang di kantung empedu,  maka cairan otak akan mengalir ke usus halus, sehingga penyerapan akan berjalan lebih baik. Yoon Seo pun bersorak kegirangan mendengarnya.

Do Han membaca usulan Yoon Seo dan ia pun setuju dengan usulan itu. Walau masih ada resiko, tapi secara teori dan klinis, hal itu bisa dilakukan. Yoon Seo berkata kalau ia meniru Shi On, mencoba membayangkan melakukan operasi imajiner dalam pikirannya.

Do Han menggodanya kalau sekarang muncul satu jenius lagi dan Yoon Seo menjawab, “Saya memang sudah memiliki otak yang cerdas sejak awal. Shin-nae-do (God given brain).”

Ke-pede-an Yoon Seo membuat Do Han tertawa dan ia menyuruh Yoon Seo untuk menghubungi Boston segera.

Dr. Go merenung di atas atap, mengingat saat Shi On memuji tangannya yang kapalan karena sering mengoperasi. Betapa Shi On iri pada tangan seperti itu dan tak sabar ingin memiliki tangan seperti dr. Go. Juga keinginan Shi On yang ingin menjadi dokter bedah seperti dr. Go.

Aww.. hal ini menerbitkan senyum di bibir dr. Go. Ia pun menelepon Il Kyu agar mengumpulkan rekam medis semua operasi yang pernah ia lakukan dalam 2 tahun ini dan diserahkan padanya dalam minggu ini.

Ia pun  memandang ke langit, menarik nafas seakan menghirup udara baru. Ia tersenyum dawn memejamkan mata karena ia akan menjadi dr. Go yang baru..

.. dan membuka mata kembali karena merasakan sesuatu di jidatnya.

Kotoran burung. Hahaha..Dr. Go bergumam tak percaya, “Di atap yang sangat luas ini..”

LOL. Antiklimaks banget untuk menjadi dr. Go yang baru.

Sepertinya pasien Boston itu adalah putra Wapresdir Kang (dan hal itu menjelaskan kenapa ia selalu membawa bola baseball). Karena ia mendapat kabar dari istrinya kalau dokter sudah menemukan jalan keluar untuk operasi putra mereka. Namun betapa terkejutnya ia mendengar kalau anaknya dianjurkan untuk dioperasi di rumah sakit yang memberi rekomendasi operasi itu, yaitu Rumah Sakit Universitas Seung Won.

Chae Kyung yang sedang duduk termenung di restoran rumah sakit, kaget mendapat cupcake dari Shi On. Shi On baru saja membeli kopi untuk para seniornya dan membelikan cupcake untuk Chae Kyung.

Gembira melihat kehadiran Shi On, Chae Kyung pun mengajaknya untuk ngobrol sebentar. Shi On ragu karena sedang membawakan pesanan seniornya. Tapi Chae Kyung menenangkannya. Para senior Shi On selalu sibuk dan biasanya akan minum kopi yang sudah dingin.dan untuk meyakinkannya, Chae Kyung mengatakan kalau Do Han biasanya juga melakukan hal yang sama.

Maka Shi On pun duduk dan Chae Kyung bertanya tentang masalah cinta Shi On. Apakah Shi On sudah mengatakan suka? Shi On mengangguk dan kemudian menggeleng saat ditanya hasilnya, “Saya tidak tahu.”

Chae Kyung mengatakan kalau itu berarti Shi On tak benar-benar ditolak. Mood Shi On sepertinya terangkat dengan ucapan Chae Kyung. Maka ia heran mengapa Chae Kyung yang malah berterima kasih padanya?

“Aku hanya merasa bersyukur,” sahut Chae Kyung masih dengan tersenyum. Ia juga mendoakan agar Shi On dapat segera jadian dengan gadis yang Shi On suka. “Jika ada masalah lagi, datanglah padaku setiap saat.”

Shi On menggangguk dan berterima kasih. Mereka pun makan cupcake, setelah Chae Kyung membaginya menjadi dua.

Aww.. tak sengaja Yoon Seo melewati restoran dan melihat mereka duduk berdua dan makan se-cupcake berdua.

Setelah itu ia menginterogasi Shi On tentang kedekatan Shi On dengan Chae Kyung. Dengan polos Shi On berkata kalau ia memang berteman dengan Chae Kyung yang mendengarkan masalahnya dan bahkan membelikan steak yang lezat.

“Kenapa kau tak memberitahuku kalau kau dekat dengannya?” Shi On menjawab kalem kalau ia lupa. Maka Yoon Seo pun bertanya masalah apa yang Shi On bicarakan pada Yoon Seo? Tentu saja Shi On tak mengaku kalau masalah itu berhubungan dengan Yoon Seo, maka ia hanya menjawab semua masalah hidupnya.

Yoon Seo menghela nafas kesal, “Kau tak pernah mengatakan padaku hal-hal seperti itu.” Aww.. sepertinya ada yang nggak rela, nih. Tapi ia langsung taktik dengan memasang senyum dan bertanya apakah Chae Kyung itu wanita yang cantik? Shi On langsung mengangguk membenarkan, “Benar. Dia adalah wanita yang sangat cantik. Juga baik.”

Yoon Seo pun menyindir kalau tentu saja Chae Kyung cantik dan Shi On dekat dengannya. Shi On berkata kalau ia tidak sedekat itu. Tapi Yoon Seo terus menganjurkan sambil tersenyum kalau Chae Kyung adalah wanita yang baik, jadi lebih baik Shi On dekat dengan Chae Kyung saja.

Yoon Seo pun meninggalkan Shi On dengan senyum tetap tersungging, membuat  Shi On benar-benar bingung.  Ia tak melihat wajah cemberut Yoon Seo setelah ia berbalik.

Haha.. Mas bro, bingung, ya? Begitu itu cewek kalau lagi cemburu.

Yoon Seo menemukan Do Han masih memeriksa Young Seo padahal  sekarang bukanlah jam kerja Do Han lagi. Melihat Do Han sekarang mengingatkannya pada dr. Choi saat ia masih praktek dulu. Bukannya langsung pulang, dr. Choi menyempatkan diri untuk memeriksa pasiennya dulu. Dr. Choi juga sering menggunakan kamar tidur para residen untuk menginap.

Do Han tersenyum mengingat saat-saat itu. Ia mengakui kalau dr. Choi itu bukan seperti dokter kebanyakan. Yoon Seo berkata kalau ia meliaht sosok dr. Choi dalam diri Do Han sekarang.

Do Han mengaku kalau belakangan ini ia bertanya pada dirinya sendiri, seperti apakah ia dokter yang baik dan pertanyaan -pertanyaan yang ada di buku teks. Dan yang membuat ia berpikir seperti ini adalah seorang dokter di timnya yang mirip dengan buku teks.

Ibu Young Seo berlari mencari Do Han. Ternyata Young Seo terbangun, dan walau terbata-bata, ucapannya sangat jelas berkata, “Ku.. mis.. Luka .. di.. alis..”

Temuan ini dilaporkan pada polisi yang senang dengan kesaksian itu. Walau Young Seo tak memberikan deskripsi yang lebih jelas, tapi deskripsi akan luka di alis akan menjadi kesaksian yang kuat jika mereka menemukan orang dengan ciri seperti itu.

Do Han mengkhawatirkan keselamatan Young Seo karena ia berhasil mengidentifikaikan pelaku. Tapi polisi menenangkan kalau tak akan terjadi kejadian dimana pelaku kembali dan memburu saksi yang telah melihat wajah mereka.

Duh, ini polisi bekerja di mana, sih? Negara bagian utopia atau negeri di awan, ya? Polos banget.

Perawat Jo pun skeptis. Kalau sampai kejadian korban terbunuh, apa yang akan dilakukan polisi? Polisi itu menjawab, “Kami sudah ahli. Jadi percayalah pada kami,”

Aish..  para dokter ini cukup sopan untuk tidak menggertak si polisi itu.

Yoon Seo mengusulkan agar mereka meminta bantuan satpam rumah sakit. Tapi Do Han berkata kalau satpam hanya bisa membantu dengan berkeliling lebih sering, karena mereka sendiri juga kekurangan orang untuk jaga malam. Ia meminta yang lain bersikap tenang, karena mungkin mereka memang khawatir berlebihan. Ia menyuruh Yoon Seo untuk pulang lebih dulu.

Hari sudah semakin malam. Walau ia meminta yang lain untuk tak khawatir, sebenarnya Do Han merasa khawatir. Dari luar kamari, ia mengawasi Young Seo dan ibunya yang tertidur. Dan setelah beberapa saat, ia pun pergi.

Si psikopat itu berjalan melewati Do Han yang berjalan menuju lift. Ia berhasil melewati tempat jaga depan, dimana Perawat Jo ketiduran. Shi On menghampiri tempat jaga dan sempat melihat sosok orang itu sekilas dari belakang.

Ya ampun.. si psikopat itu sudah ada di depan kamar Young Seo dan mulai menutup wajahnya. Jangan..!

Pintu lift akhirnya terbuka dan Do Han masuk ke dalam. Di dalam lift, ia teringat sosok yang tadi melewatinya. Dan ia pun langsung memencet tombol lit sehingga lift tak menutup.

Ppali.. ppali..!

Tanpa suara, si psikopat itu mengendap-endap masuk dan tangannya sudah hendak mencabut pisau yang ada di sakunya, dan ia sudah siap untuk membunuh..

“Siapa kau?!” tanya Shi On membangunkan ibu Young Seo. Ah.. untung Shi On datang.

Ibu segera membangunkan Young Seo dan memeluknya. Young Seo menangis ketakutan melihat pria itu, “Itu orangnya.”

Merasa tertangkap basah, pria itu menyerang Shi On. Namun sebelum pria itu sempat menyentuh Shi On, Do Han muncul dan langsung menendang pria itu. Ia mendorong pria itu hingga terdesak di tembok dan berseru pada Shi On,  “Bawa Young Seo dan cepat pergi!”

Shi On pun segera menggendong Young Seo dan membawanya ke tempat Perawat Jo. Ia menyuruh perawat Jo untuk menelepon polisi segera dan langsung kembali ke kamar Young Seo.

Di dalam Do Han mencoba meringkus psikopat itu. Hampir saja ia berhasil menelikung pria itu, namun psikopat itu menarik pisau di sakunya.

Dan menusukkannya ke perut Do Han.

Shi On terbelalak melihatnya.